Rabu, 06 Juni 2012

Pengaruh Agensi Terhadap Kolektibilitas Kredit

Oleh : Aqilah shalihatulhayah
           Dewi Mayasari
           Noviana Pratiwi


Kredit Perbankan
Lembaga keuangan merupakan suatu organisasi yang melaksanakan fungsi utama dalam menyalurkan dana masyarakat, dari yang surplus sebagai sumber dana kepada mereka yang kekurangan dana dalam bentuk kredit (financial intermediary). Suatu lembaga yang termasuk sebagai lembaga keuangan ialah Bank. Sebagai pelaksana fungsi financial intermediary, bank harus menyalurkan dana yang dimilikinya dalam bentuk kredit kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit.
Kredit merupakan merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang dengan nominal tertentu dalam jangka waktu tertentu dan tingkat bunga tertentu. Dana yang disalurkan dalam bentuk  kredit bersumber dari dana simpanan pihak ketiga dalam bank yang bersangkutan. Yang nantinya selisih antara bunga kredit dengan bunga deposito adalah keuntungan bank.
Sebagai suatu badan yang memiliki kewenangan dalam menjalankan kebijakan moneter, Bank Indonesia menghimbau bank umum untuk mencari sumber keuntungan melalui kredit, agar uang beredar dimasyarakat dan tetap menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary, meskipun bank dapat pula bergerak dalam kegiatan sekuritas moneter seperti pasar uang dan lain lain dalam mencari keuntungan.
Kredit memiliki beberapa peranan, antara lain adalah untuk meningkatkan daya guna uang,  meningkatakan peredaran dan lalulintas uang,  meningkatkan daya guna dan peredaran barang, menjadi salah satu stabilitas ekonomi, meningkatkan kegairahan berusaha, meningkatkan pemerataan pendapatan serta menjadi alat untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam rangka mendorong masyarakat menggunakan dana bank melalui fasilitas kredit  ini kemudian bank banyak bekerjasama dengan lembaga lembaga independent seperti leasing ataupun agency, yang berusaha menyediakan dana kepada masyarakat dengan persyaratan pinjaman yang lebih mudah. Seperti halnya leasing yang meningkatkan kredit melalui penjualan suatu produk dengan cicilan, agency juga berusaha meningkatkan kredit melalui pemberian pinjaman berupa uang kepada masyarakat dengan cara yang lebih mudah dibandingkan dengan melakukan pinjaman langsung kepada bank. Namun, dengan konsekuensi tingkat bunga yang lebih tinggi.
Dalam pembahasan kali ini, akan lebih mengacu kepada penyaluran kredit melalui agency, apakah keuntungannya bagi perbankan, seberapa besar peran agensi dalam meningkatkan kredit serta apa pengaruh agensi sebagai suatu lembaga penggerak kredit terhadap tingkat kolektibilitas kredit. 


Minggu, 03 Juni 2012

Negative Mismatch

Oleh : Aqilah Shalihatulhayah (20210977)
           Dewi Mayasari (21210907)
           Noviana Pratiwi (25210071)


Negative Mismatch

Sebagai suatu lembaga masyarakat yang menjalankan fungsi intermediasi, yaitu lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, bank tidak terlepas dari berbagai resiko usaha, salah satunya ialah resiko yang berkaitan dengan masalah likuiditas. Yang merupakan masalah yang cukup krusial dan banyak dialami beberapa bank yang pada akhirnya harus dilikuidasi karena tidak mampu memenejemen dan mengatur aliran dananya dengan baik. Oleh karenanya diperlukan adanya suatu kebijakan dan manajemen resiko yang baik sehingga tingkat resiko yang memiliki kemungkinan untuk terjadi dapat diidentifikasi, dimonitor serta dikendalikan sehingga resiko yang berkaitan dengan masalah likuiditas dapat selalu dijaga untuk selalu berada dalam tingkat yang dapat ditoleransi. 
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai masalah mismatch atau gap yaitu suatu ketidak seimbangan sebagai suatu masalah yang berkaitan dengan tingkat likuiditas suatu bank. Lalu langkah apa yang harus ditempuh dalam mengatur aliran dana bank untuk meminimalisasi terjadinya ketidak seimbangan antara penerimaan dan penarikan dana pada bank yang dikenal dengan mismatch. 


BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN 2


Bank sebagai suatu badan usaha penghimpun dana masyarakat yang memiliki fungsi sebagai financial intermediasi. Fungsi perbankan sebagai financial intermediasi menekankan kepada peran Bank dalam menghimpun dana masyarakat (source of Fund) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat (use of fund). Berikut merupakan gambaran portofolio bank 
 
Gambar 1 : Portofolio Bank
Pada gambar diatas, dalam kolom asset menunjukkan akun akun penyaluran dana kepada masyarakat (use of fund) sedangkan pada kolom liabilities menunjukkan akun akun penghimpunan dana dari masyarakat (source of fund).
 Seperti halnya perusahaan dagang, jasa dan berbagai jenis badan usaha lainnya, perbankan juga memiliki system pencatatan akuntansi tersendiri. Berikut merupakan struktur pencatatan akuntansi perbankan: 

Minggu, 27 Mei 2012

TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT KOMERSIAL

TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT KOMERSIAL TAHUN 2002 SAMPAI MARET 2012
Kredit komersial merupakan suatu bentuk penyaluran dana bank (use of fund) yang diperuntukan bagi perdagangan maupun pembangunan yang bersifat komersial sebagai penggerak dalam kegiatan sektor riil. 
Grafik diatas menggambarkan tingkat suku bunga untuk kredit komersial selama sepuluh tahun dari tahun 2002 sampai dengan maret 2012. Untuk bank persero, BUSN, PDB dan joint venture. Secara keseluruhan, grafik menunjukkan penurunan tingkat suku bunga kredit komersial sejak tahun 2002 hingga 2012. Secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada kualitas perbankan dewasa ini, karena penurunan pada suku bunga kredit komersial merupakan salah satu indicator ekonomi yang berarti memberikan kesempatan yang lebih besar pada pelaku dunia usaha (sektor riil) untuk memperoleh kredit. Penurunan tingkat suku bunga kredit komersial secara umum ini, tidak lepas dari peran serta Bank Indonesia sebagai pelaku kebijakan moneter dalam menurunkan suku bunga dasar (BI Rate) yang sudah beberapa kali dilakukan. Penurunan suku bunga ini, dilakukan sebagai stimulus bagi perekonomian dalam meningkatkan permintaan kredit dalam dunia usaha, yang dalam jangka panjang, dalam gilirannya dapat mengkompensasi kejatuhan arus dana masuk dari luar, sehingga dapat menjaga sektor riil dari keterpurukan. Namun penurunan tingkat suku bunga tidak serta merta dapat dikatakan mampu menggerakkan sektor riil, hal ini dapat dilihat dalam grafik, bahwa sepanjang 2002 sampai 2012 suku bunga kredit komersial masih berada pada level 12 sampai 15 persen, yang dapat dikatakan belum cukup berhasil dalam menggerakkan perekonomian pada sektor riil. Hal ini dikarenakan perbankan tidak serta merta mengucurkan kreditnya kedalam sektor riil, sebagai upaya dalam menjaga tingkat non performing loans (kredit macet) yang masih tinggi, Hal ini bukan tanpa alasan, banyaknya sektor riil yang dirasa belum terbukti mampu dalam menangani pembiayan kredit menjadi alasan utama. Meskipun bank sudah gencar dalam memasarkan kredit komersial, namun kenyataannya banyak sektor riil yang dikatakan belum siap dan andal dalam menangani konsekuansi kredit serta banyaknya unused plafond dan undistributed loan. Sehingga, bank lebih memilih untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang memiliki tingkat bunga kompetitif dan dijamin aman.

Kamis, 12 April 2012

Perbankan Syariah

PERGERAKAN POSITIF PERBANKAN SYARIAH

Sebagai suatu badan usaha yang berfungsi sebagai perantara keuangan, dengan mengimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, Bank memiliki tujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Disepanjang peranannya, Bank melaksanakan fungsinya dalam dua prinsip yang berbeda, Yang dikenal dengan bank konvensional dan bank yang menjalankan prinsip syariah. Secara sekilas, kehadiran Bank Konvensional sudah apat dikatakan mampu memenuhi fungsi perbankan secara umum, yaitu sebagai perantara keuangan. Lalu mengapa harus ada Bank syariah?, adakah perbedaan diantara keduanya? Meskipun secara strategis keduanya bertujuan untuk menggerakan perekonomian Indonesia kearah yang lebih baik. 

Apa perbedaan Mereka??
 Karakteristik utama yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional ialah system operasi yang berpedoman dalam prinsip bagi hasil yang memberikan alternative system perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan Bank itu sendiri. Menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Terbentuknya bank syariah di Indonesia sejak tahun 1992 pada dasarnya ialah sebagai aplikasi dari prinsip prinsip syariah islam kedalam kegiatan bisnis dalam hal transaksi keuangan. Dalam system perbankan Syariah, tidak hanya dituntuk untuk menghasilkan profit secara komersial, namun juga dituntut untuk mampu merealisasikan nilai nilai syariah. 

Rabu, 11 April 2012

Apa itu "Kliring" ???


KLIRING

Definisi
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Bank Umum memiliki fungsi sebagai penyedia layanan bagi masyarakat, dalam melakukan transaksi lalulintas pembayaran antar nasabahnya. Namun perlu diketahui bahwa dari sekian banyak Bank Umum yang ada di Indonesia saat ini, sangat memungkinkan umtuk terjadinya transaksi pembayaran antara pihak pihak yang memiliki rekening di Bank yang berbeda. Sehingga menyebabkan, suatu bank harus berhubungan langsung dengan pihak Bank umum lainnya dalam menyelesaikan utang piutang sebagai akibat dari adanya transaksi antar nasabahnya. Penyelesaian utang piutang yang melibatkan banyak Bank akan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar, untuk itu muncul suatu gagasan untuk membentuk lembaga Kliring oleh Bank Indonesia.
Kliring merupakan suatu tata cara perhitungan utang piutang dalam bentuk surat surat dagang atau surat surat berharga lainnya antar suatu Bank dengan Bank lainnya sebagai akibat dari transaksi yang dilakukan antar nasabahnya. Dengan tujuan efisiensi dalam memperlancar lalulintas pembayaran giral secara aman. 

Rabu, 28 Maret 2012

GAMBARAN UMUM KINERJA PERBANKAN

Bank merupakan suatu badan usaha penghimpun dana masyarakat yang menjalankan usahanya dengan berasaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati hatian. Bank merupakan salah satu sektor ekonomi yang keberadaannya sangat peting dan dominan dalam perekonomian Indonesia, dengan fungsi utamanya yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat  dalam menunjang pelaksanaan dan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sedangkan “perbankan” mengacu kepada semua hal yang berkaitan dengan Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan. 

Sabtu, 24 Maret 2012

Mengenal Perbankan Syariah

            Sebagai salah satu sektor ekonomi yang memiliki peran yang penting dan dominan dalam menggerakan perekonomian Indonesia. Mengulas tentang perbankan di Indonesia selalu menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan.
            Sebagaimana kita ketahui bersama, Bank adalah sebuah badan usaha yang berfungsi sebagai perantara keuangan atau Financial intermediary dengan menghimpun dana dari masyarakat untuk disalurkan kembali kepada masyarakat. Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat salah satunya dalam bentuk kredit dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
            Dilihat dari jenisnya, Bank dapat diklasifikasi kedalam dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Yang dapat dibedakan dari bagaimana bank umum dapat memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran, dan tidak bagi BPR. Namun, di dalam pelaksanaannya, baik Bank Umum maupun BPR melaksanakan fungsinya dalam dua jenis kegiatan dalam prinsip yang berbeda. Yang dikenal dengan bank konvensional dan bank yang menjalankan prinsip syariah. Secara sekilas, kehadiran Bank Konvensional sudah apat dikatakan mampu memenuhi fungsi perbankan secara umum, yaitu sebagai perantara keuangan. Lalu mengapa harus ada Bank syariah?, adakah perbedaan diantara keduanya? Meskipun secara strategis keduanya bertujuan untuk menggerakan perekonomian Indonesia kearah yang lebih baik. 

Rabu, 07 Maret 2012

PROPOSAL RISET


Judul              : Memenangkan Kompetisi di Era Globalisasi
Tema              : Keunggulan kompetitif

Latar Belakang

            Globalisasi, sebagai suatu fenomena, dimana tidak lagi dikenal adanya sekat yang memberikan batas batas nasionalisme menciptakan banyak perubahan dalam berbagai hal termasuk dalam perkembangan Industri di Indonesia dewasa ini, bila dilihat dari sisi positif maraknya globalisasi memberikan implikasi dan pengaruh yang besar terhadap kemajuan dan perkembangan dalam dunia Industri, yang menciptakan suatu suasana kompetitif yang memaksa untuk harus selalu berinovasi dalam persaingan yang semakin ketat
 Berkembangnya teknologi seiring dengan Globalisasi yang terjadi di dalam dunia Industri yang kian memberikan kemudahan dari waktu ke waktu, memberikan suatu tantangan baru bagi dunia Industri untuk selalu berinovasi dan menciptakan suatu yang baru, mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang mengharapkan kemudahan, namun tetap dapat memperhatikan kepentingan profit perusahaan. Dari sini muncul suatu persaingan di dalam dunia Industri, dimana berbagai jenis perusahan berlomba-lomba menciptakan inovasi dalam meningkatkan efisiensi untuk dapat berada dalam posisi yang kuat di dalam dunia industri dalam rangka memperoleh keuntungan yang maksimal dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan adanya suatu daya dan upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan, sebagai suatu syarat wajib dalam rangka memenangkan kompetisi di dalam dunia Industri yang semakin ketat dari waktu ke waktu. Upaya yang dapat ditempuh antara lain ialah dengan menciptakan suatu hubungan kerjasama antar sesama perusahaan dalam hubungan pekerjaan dengan manajemen yang baik, serta mempelajari kemungkinan kemungkinan yang terjadi dalam dunia industry dari suatu paradox dan pertentangan yang terjadi.

PROPOSAL RISET


Judul              : Memenangkan Kompetisi di Era Globalisasi
Tema              : Keunggulan kompetitif

Latar Belakang

            Globalisasi, sebagai suatu fenomena, dimana tidak lagi dikenal adanya sekat yang memberikan batas batas nasionalisme menciptakan banyak perubahan dalam berbagai hal termasuk dalam perkembangan Industri di Indonesia dewasa ini, bila dilihat dari sisi positif maraknya globalisasi memberikan implikasi dan pengaruh yang besar terhadap kemajuan dan perkembangan dalam dunia Industri, yang menciptakan suatu suasana kompetitif yang memaksa untuk harus selalu berinovasi dalam persaingan yang semakin ketat
 Berkembangnya teknologi seiring dengan Globalisasi yang terjadi di dalam dunia Industri yang kian memberikan kemudahan dari waktu ke waktu, memberikan suatu tantangan baru bagi dunia Industri untuk selalu berinovasi dan menciptakan suatu yang baru, mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang mengharapkan kemudahan, namun tetap dapat memperhatikan kepentingan profit perusahaan. Dari sini muncul suatu persaingan di dalam dunia Industri, dimana berbagai jenis perusahan berlomba-lomba menciptakan inovasi dalam meningkatkan efisiensi untuk dapat berada dalam posisi yang kuat di dalam dunia industri dalam rangka memperoleh keuntungan yang maksimal dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan adanya suatu daya dan upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan, sebagai suatu syarat wajib dalam rangka memenangkan kompetisi di dalam dunia Industri yang semakin ketat dari waktu ke waktu. Upaya yang dapat ditempuh antara lain ialah dengan menciptakan suatu hubungan kerjasama antar sesama perusahaan dalam hubungan pekerjaan dengan manajemen yang baik, serta mempelajari kemungkinan kemungkinan yang terjadi dalam dunia industry dari suatu paradox dan pertentangan yang terjadi.

Permasalahan

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa dalam menciptakan suatu posisi yang kuat atas sebuah perusahaan, agar dapat terus bertahan didalam persaingan global yang semakin ketat seiring dengan perkembangan teknologi yang selalu berkembang dari waktu ke waktu, diperlukan adanya suatu daya dan upaya. Diantaranya ialah bagaimana suatu perusahaan dapat menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan sejenis lainnya, dengan tidak mengesampingkan tujuan utama perusahaan, yaitu memperoleh keuntungan yang maksimum. Hal ini berkaitan dengan, bagaimana suatu perusahaan mampu membaca perilaku pesaing sekaligus memperoleh manfaat dari keunggulan pesaing. Sebagai contoh ialah hubungan antara Dell computer Corporation dan Lenovo, dimana Dell membeli komponen dari Lenovo untuk kepentingan produksinya, meskipun mereka berdua adalah merupakan perusahaan produsen computer pribadi yang saling bersaing. Serta hubungan antara Sony Coorporation dan Konika Minolta Holdings Inc. yang bekerja sama mengembangkan kamera Single Lens Reflect (SLR) dimana keduanya perusahaan tersebut saling bersaing.
Selain itu, kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kinerjanya agar tetap survive di dalam dunia Industri dapat dilihat dari bagaimana mereka mampu mengambil sebuah keputusan dari berbagai paradox yang terjadi, misalnya ialah, bagaimana suatu perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk agar tidak kalah dipasaran baik dari sisi inovasi maupun efisinsi sebagaimana diharapkan oleh pasar, tetapi juga harus mempertimbangkan bagaimana menekan biaya untuk meningkatkan revenue.
Di pasar Asia, dalam 5 tahun belakang ini barang-barang buatan Cina mulai dari tekstil sampai dengan motor semakin membanjiri pasar di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Demikian juga, Vietnam sudah mulai menandingi Indonesia dalam ekspor beberapa komoditas traditional seperti kopi dan tekstil. Di pasar UE, peluang pasar ekspor Indonesia di wilayah tersebut terancam oleh 8 negara Eropa Timur yang akan menjadi anggota UE pada awal Mei 2004. Kedelapan negara tersebut lebih mampu menembus pasar UE karena mendapat fasilitas pembebasan bea masuk (BM). Sementara itu, barang-barang ekspor Indonesia masih dikenai BM dan hambatan-hambatan non-tarif (NTB) lainnya, seperti dari segi kesehatan dan lingkungan hidup. Selain itu, setidaknya ada 10 produk ekspor Indonesia yang dikenai tuduhan dumping oleh UE. Selain itu, jarak yang lebih dekat sehingga biaya transportasi dan harga produk dari para pesaing tersebut lebih murah. Proses penyerahan barang pun singkat. Dengan kata lain karena jarak yang lebih dekat membuat para pesaing dari Eropa Timur itu lebih efisien dalam memasuki pasar UE. Hal tersebut menjadi ancaman besar bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang apabila tidak memiliki keunggulan kompetitif yang baik maka produk yang mereka hasilkan akan kalah dalam persaingan dengan perusahaan-perusahaan ekspor.
Hal hal sebagaimana disebutkan diatas adalah merupakan suatu masalah yang mendasar dalam sebuah perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerjanya yang harus dikelola dengan suatu system menejemen yang baik.


Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang bisa menyebabkan suatu perusahaan dapat tampil lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lainnya di dalam persaingan dunia industry seiring dengan kemajuan teknologi dan maraknya globalisasi. Serta bagaimana memecahkan masalah masalah persaingan dalam dunia industry dengan suatu manajemen yang baik, Sehingga hasil dari analisis tersebut bisa dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh perusahaan, yang kemudian berimbas baik bagi perusahaan tersebut untuk mendapat keuntungan yang lebih banyak lagi.
Dari penelitian ini juga diharapkan agar perusahaan dapat menanggapi secara positif sebuah paradox yang mungkin terjadi dalam sebuah persaingan bisnis dengan mengelola kedua hal yang bertentangan tersebut secara paralel dan bersama sama dalam suatu waktu dengan tidak mengesampingkan hal yang lainnya. Karena paradox, sebagai dua hal yang saling bertentangan seperti bagaimana mengembangkan produk dalam biaya yang ideal adalah bukan merupakan suatu opsi untuk memilih salah satu dari keduanya. Namun, merupakan dua hal yang harus dikelola dengan baik, agar keuntungan dari keduanya dapat tercipta.

Review Riset Terdahulu
Proposal riset ini, dikembangkan melalui dua jenis jurnal yang berkaitan dengan competisi di dalam dunia industry yang berjudul “Understanding and Managing Compound Relationships Between Firms” dan “paradox, Organizational Competencies and Sustained Competitive Advantage”. Dimana kedua makalah tersebut dikembangkan berdasarkan hasil dari riset terdahulu, yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Lado, Boyd, & Wright, 1992; Lado & Wilson, 1994 yang membahas bagaimana dua hal yang bertentangan (paradoks) dapat digunakan untuk proses membangun teori dan memperluas model berbasis kompetensi yang kemudian melihat bagaimana implikasinya untuk toeri manajemen strategis dan penelitian. Selain itu juga mempertimbangkan bagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwyer Schurr dan Oh tahun 1987 yang meneliti tentang pentingnya mempertimbangkan suatu hubungan dalam pemasaran. Johanson dan Seines tahun 2004 dan Reinhartz dan Ramaswamy tahun 2000 yang menganalisis Costumer Relationship Management sebagai suatu konstruksi yang kuat di dalam pemasaran. Wuyts, Stermersch, Van Den Bulte dan Franses tahun 2004 yang meneliti bagaimana hubungan antara vendor dan pemasok akan berpengaruh pada kesediaan pelanggan untuk terlibat dalam hubungan yang erat dengan vendor. Serta jurnal oleh Varga dan Lusch tahun 2004 yang menunjukkan adanya logika dominan baru yang muncul dalam disiplin pemasaran yaitu suatu kepentingan mengelola hubungan eksternal.

Metodologi
Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder dari beberapa literature yang berkaitan dengan “kompetisi dalam dunia industry”. Data yang didapat bersifat deskriptif yang kemudian diolah dengan metode eksploratif, dengan melihat penerapan yang terjadi di dalam dunia industri pada kenyataannya. 
Variabel
Variable dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja dan kompentensi yang dimiliki oleh suatu perusahaan secara keseluruhan. Selain itu juga memperhatikan berbagai jenis pengelolaan hubungan sederhana antara suatu perusahaan dan perusahaan lainnya seperti misalkan bagaimana hubungan pelanggan dan pemasok, antara pesaing dan pesaing lainnya, dll seperti yang telah diilustrasikan dalam bagan berikut ini:
Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif yaitu memberikan gambaran secara jelas mengenai bagaimana mengelola upaya-upaya yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan agar bisa unggul dibandingkan dengan perusahaan lain dalam dunia industri, dengan mengolah data dari berbagai literature yang kemudian digeneralisasi dan dihasilkan sebuah kesimpulan

Sumber Jurnal:
Understanding and Managing Compound Relationships Between Firms
Paradox, Organizational Competencies and Sustained Competitive Advantage


Kamis, 01 Maret 2012

Analisis Jurnal 2

I.                   ANALISIS JURNAL
I.1        Judul                          : Paradox, Organizational Competencies and Sustained Competitive Advantage
I.2        Nama Pengarang      : Augustine A. Lado, Nancy Boyd-Lillie, Mark Kroll, dan Peter Wright (Cleveland State University College of Business Administration Departement of Management and Labor Relation)
II.                TEMA
Keunggulan Kompetitif

Analisis Jurnal

I.                   ANALISIS JURNAL
I.1        Judul                          : “Understanding and Managing Compound Relationships Between “Firms
I.2        Nama Pengarang      :
·         William T. Ross, Jr. (Proffesor of Marketing Smeal College of Business Administration Pennyslavania State University)
·         Diana C. Robertson (Professor of Organization and Management Goizueta Business School Emory University)
I.3        Tahun                         : Novermber 2005

II.                TEMA
Tulisan ini membahas mengenai jenis jenis hubungan antar perusahaan, pentingnya mempertimbangkan suatu hubungan antar perusahaan yang saling bekerjasama serta bagaimana mengkoordinir dan mengatur hubungan antar perusahaan tersebut.

Review Jurnal 2


Paradox, Organizational Competencies and Sustained Competitive Advantage

Oleh : Agustine A. Lado (Claveland State University College of Business Administration Departement of Management and Labor Relations)

Manajemen paradoks adalah salah satu yang paling penting dari semua aktivitas manusia (Mitroff, 1995: 749). Dalam lingkungan yang selalu kompleks dan turbulen, perusahaan akan naik atau turun secara fundamental didasarkan pada kemampuan mereka untuk diferensial mengelola paradoks (Handy, 1994; Price Waterhouse Tim Perubahan Integrasi, 1996).
Paradoks dipandang sebagai proses yang berkelanjutan menjadi, hasil dari kontradiksi menentang kecenderungan yang akhirnya menyelesaikan menjadi sebuah 'kecenderungan' sementara baru. Dalam studi empiris, Dennison, Hooijberg, dan Quinn (1995) menunjukkan bahwa manajer yang menunjukkan dan menggunakan repertoar paradoks peran dan perilaku dalam strategi, dinilai lebih efektif daripada mereka yang menunjukkan harmonis, non-paradoks peran dan perilaku.

Review Jurnal


UNDERSTANDING AND MANAGING COMPOUND RELATIONSHIP

Oleh     :
·         William T. Ross, Jr. (Proffesor of Marketing Smeal College of Business Administration Pennyslavania State University)

·         Diana C. Robertson (Professor of Organization and Management Goizueta Business School Emory University)

 
Dalam jurnal ini dibahas mengenai jenis jenis hubungan antar perusahaan, pentingnya mempertimbangkan suatu hubungan antar perusahaan yang saling bekerjasama serta bagaimana mengkoordinir dan mengatur hubungan antar perusahaan tersebut.
Di dalam dunia bisnis, dikenal adanya suatu hubungan sederhana antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya misalnya ialah hubungan antara pemasok kepada pelanggan atau sebaliknya, hubungan antara dua perusahaan atau lebih yang saling bersaing ataupun suatu mitra perusahaan dengan mitra lainnya. Masing masing hubungan ini memiliki peran yang penting dalam mencari peluang atau memberikan tantangan baru bagi suatu perusahaan untuk berkembang.
Hubungan antara dua perusahaan secara sederhana dapat dirumuskan sebagai hubungan yang terjadi pada hubungan antar pemasok dan pelanggan, pesaing dengan pesaing atau mitra bersama seperti durumuskan pada gambar berikut

Jumat, 17 Februari 2012

Analisis Jurnal : Elastisitas



THE IMPACT OF FOOD PRICES ON CONSUMPTION: A SYSTEMATIC REVIEW OF REASERCH ON THE PRICE ELASTICITY OF DEMAND FOR FOOD

Penelitian ini dilakukan oleh seorang peneliti yang berusaha menganalisis tentang perilaku dan gaya hidup masyarakat di Amerika serikat akan konsumsi bahan makanan yang kurang sehat dengan bahan makanan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri dampak dari elastisitas harga barang terhadap permintaan akan suatu jenis makanan. Dengan tujuan untuk merubah gaya hidup masyarakat di Amerika Serikat dengan meningkatkan konsumsi bahan makanan sehat dan menurunkan konsumsi bahan makanan yang kurang sehat.
Fenomena yang terjadi di Amerika Serikat adalah, elastisitas harga pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat. Berdasarkan studi,31% yang memberikan perkiraan elastisitas harga daging sapi, 29% untuk daging babi, 14% untuk unggas, 10% untuk ikan, 15% untuk susu, 12% untuk keju, untuk sereal 12%, dan untuk buah dan sayuran 11%. Dari sini terlihat bahwa konsumsi pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat.
Dalam kasus ini, peneliti mengobservasi perubahan permintaan yang mungkin dapat terjadi dengan pemberlakuan kebijakan pajak dan subsidi. Dengan menetapkan sejumlah pajak kepada bahan makanan yang kurang sehat, maka diharapkan permintaan akan bahan makanan yang kurang sehat menurun seiring dengan kenaikan harga karena pajak. Sebaliknya subsidi diberikan kepada bahan makanan sehat dengan tujuan untuk menurunkan harga sehingga permintaan akan bahan makanan sehat dapat meningkat, sehingga diharapkan dapat mengubah gaya hidup masyarakat Amerika Serikat menjadi lebih baik.
Setelah dilakukan pemberlakuan subsidi terhadap harga buah dan sayur mayur menyebabkan penurunan harga sebesar 10%, dan berhasil meningkatkan permintaan akan buah dan sayur sebesar 7,0% untuk buah dan 5,8% untuk sayur, besarnya penurunan harga rupanya tidak meningkatkan permintaan secara signifikan sehingga harga buah dan sayur dikatakan inelastis.
Dalam hal ini jelas terlihat bahwa permintaan tidak bergerak secara signifikan meskipun telah diberikan subsidi terhadapnya. dari kasus tersebut dapat diasumsikan bahwa, harga bukanlah satu satunya faktor yang dapat menyebabkan buruknya gaya hidup sebagian masyarakat di Amerika serikat yang dinilai dari tingginya konsumsi bahan makanan tidak sehat seperti fast food, namun ada hal lain yang mempengaruhi, salah satunya ialah gaya hidup. Orang orang di Negara maju cenderung memilih bahan makanan cepat saji dengan alasan efisiensi, sehingga meskipun harga dirubah, tetap saja tidak akan mempengaruhi permintaan akan barang barang tersebut, sehingga sayuran dan buah buahan yang tergolong bahan makanan sehat bersifat inelastic

Kamis, 02 Februari 2012

Hubungan Sunk Cost Terhadap Kerugian Perusahaan

Biaya dalam pengertian yang luas, adalah merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dilakukan dalam rangka memperoleh manfaat pada perolehannya. Biaya dinyatakan dalam pengurangan kas atau aktiva lainnya.
Namun diluar dari fungsi tersebut, biaya berperan dalam proses pengambilan keputusan perusahaan berkaitan dengan sejumlah alternatif yang mungkin dapat dipilih sebuah perusahaan dalam mewujudkan efisiensi.
Mengambil keputusan pada umumnya adalah sulit bagi manajemen karena permasalahan yang terjadi didalam perusahaan adalah kompleks berkaitan dengan banyaknya data yang diolah padahal hanya beberapa saja yang relevan.
Membicarakan tentang relevan, didalam akuntansi biaya dikenal dengan beberapa istilah biaya yang memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam pengambilan keputusan. Diantaranya ialah avoidable cost dan unavoidable cost.
Kali ini akan diulas bagaimana sunk cost sebagai bagian dari unavoidable cost memiliki pengaruh terhadap kebangkrutan perusahaan.
Sunk cost termasuk kedalam golongan unavoidable cost, adalah merupakan biaya yang tidak dapat terhindarkan, berlawanan dengan avoidable cost yang bersifat relevan artinya dapat dihilangkan baik seluruhnya atau sebagian dari biaya alternative yang tersedia. Dapat dilihat pada formula berikut
Fixed cost = sunk cost + avoidable cost
Sunk cost berbeda dengan fixed cost, contoh biaya yang merupakan sunk cost diantaranya ialah biaya tenaga kerja tidak langsung seperti gaji manager atau bagian administrasi, biaya PBB ataupun biaya riset dan pengembangan. Biaya biaya tersebut adalah bukan merupakan fixed cost tetapi bersifat unavoidable. biaya yang termasuk kedalam biaya investasi yang telah dikeluarkan dimasa lalu seperti biaya peralatan adalah merupakan sunk cost. sekalipun pada akhirnya peralatan tersebut tidak bermanfaat, dalam arti tidak menghasilkan perolehan, biaya tersebut tidak dapat dikembalikan.
Berikut adalah contoh sunk cost dalam analisis relevant cost untuk pengambilan keputusan
PT. Pete menyajikan data mesin lama dan mesin baru.
                                   Mesin Lama             Mesin  Baru
 a.Harga perolehan                    $ 17.500                    $ 20.000
 b.Umur ekonomis                       4 tahun (sisa)         4 thn
 c. Penjualan tahunan                $ 50.000                   $ 50.000
d.Biaya Variabel yaitu:
     . Operasional /Thn                   $ 34.500                   $ 30.000
 e. Nialai Jual sesudah 4 thn                 0                               0                  
 f. Nilai jual saat                      $   9.000                   ---                                               
 g. Nilai buku                             $ 14.000                   ----
        Apakah mesin lama perlu diganti dengan mesin baru?
Ada unavoidable cost dalam kasus tersebut, yaitu sunk cost berupa nilai buku sebesar 14000, biaya ini harus dikeluarkan karena bersifat tidak relevan sehingga bila mesin lama dijual akan mengalami kerugian sebesar 5000.
Contoh yang lain misalnya ialah dalam menjalankan kegiatan usaha dalam mencapai efisiensi terkadang perusahaan berusaha untuk menciptakan penemuan atau teknologi baru dalam rangka meningkatkan faktor produksi sehingga menuju efisiensi. Untuk mewujudkannya, diperluakan adanya suatu riset dan pengembangan akan penemuan tersebut. Sehingga diperlukan adanya pembiayaan. Biaya ini adalah merupakan sunk cost. Biaya Ini diharapkan akan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang profitable sesuai dengan yang diharapkan. Namun pada kenyataannya, ada kemungkinan bahwa riset yang dilakukan tidak berhasil sehingga menciptakan kerugian. Sunk cost yang telah dikeluarkan sebelumnya pada akhirnya tidak menghasilkan perolehan dimasa mendatang.
sehingga pada akhirnya dalam kasus ini, sunk cost dapat menjadi lebih beresiko. Sehingga diperlukan perencanaan yang tepat untuk mengambil keputusan akan menciptakan teknologi baru atau menambah tenaga kerja misalnya, pilihan mana yang dapat lebih menguntungkan.
Begitu juga dengan gaji manajer atau bagian administrasi misalnya, pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan sekalipun, biaya ini harus tetap dipertimbangkan. 


Kurva Sunk Cost
berikut merupakan hubungan antara sunk cost dan profit from project yang diwujudkan dalam kurva 



di dalam kurva dapat dilihat bagaimana besarnya sunk cost bertolak belakang dengan profit perusahaan. saat sunk cost meningkat maka profit perusahaan akan menurun seiring dengan pertambahan sunk cost. hal ini mengindikasikan bahwa saat sunk cost sebagai unavoidable cost, yaitu biaya yang tidak dapat dihilangkan atau digantikan meningkat, maka akan mengurangi profit dari perusahaan, seperti telah dijelaskan dalam beberapa kasus sebelumnya. sehingga disimpulkan bahwa besarnya sunk cost sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan perusahaan, semakin tinggi sunk cost, maka perusahaan akan semakin potensial untuk mengalami kerugian.


Kamis, 26 Januari 2012

ANALISIS JURNAL


TEORI EKONOMI 2
ANALISIS JURNAL

I.                   Judul
ANALISIS EFISIENSI TEKNIK USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN KERAPU DALAM KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG: Produktifitas, Faktor Faktor yang Mempengaruhi dan Implikasi Kebijakan Pengembangan Budidayanya
II.                Pengarang
Tajerin dan Mohammad Noor
III.             Tahun
2005
IV.             Tema
Analisis Efisiensi Pengembangan Usaha Daerah
V.                Latar Belakang Masalah
V.1. Fenomena
Pembudidayaan ikan, di dalam kegiatan produksi bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan usaha. Perolehan keuntungan maksimum sangat berkaitan dengan efisiensi dalam berproduksi. Secara empiris hampir semua pembudidaya ikan adalah sebagai penerima harga  (price taker) dalam pasar masukan (input) maupun keluaran (output) karena sangat jarang dijumpai sekumpulan pembudidaya ikan mampu mengorganisasi kelompoknya, sehungga mempunyai posisi tawar yang kuat di pasar. Dalam praktek sehari-hari orientasi para pembudidaya ikan dalam suatu komunitas dan ekosistem yang relative homogeny cenderung mengejar efisiensi teknis yang dalam kehidupan sehari-hari diterjemahkan sebagai upaya memaksimalkan produktivitas. Untuk kasus usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung di Propinsi Lampung, penentuan kondisi tingkat efisiensi teknis dipandang perlu karena berkaitan dengan strategi pengembangan system usaha dan peningkatan produktivitas budidaya kerapu ke depan, apakah sebaiknya mengarah pada penerapan sistem intensifikasi atau ekstensifikasi. Untuk itu, perlu dilakukan analisis efisiensi teknis usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung di Propinsi Lampung.