Kamis, 01 Maret 2012

Review Jurnal 2


Paradox, Organizational Competencies and Sustained Competitive Advantage

Oleh : Agustine A. Lado (Claveland State University College of Business Administration Departement of Management and Labor Relations)

Manajemen paradoks adalah salah satu yang paling penting dari semua aktivitas manusia (Mitroff, 1995: 749). Dalam lingkungan yang selalu kompleks dan turbulen, perusahaan akan naik atau turun secara fundamental didasarkan pada kemampuan mereka untuk diferensial mengelola paradoks (Handy, 1994; Price Waterhouse Tim Perubahan Integrasi, 1996).
Paradoks dipandang sebagai proses yang berkelanjutan menjadi, hasil dari kontradiksi menentang kecenderungan yang akhirnya menyelesaikan menjadi sebuah 'kecenderungan' sementara baru. Dalam studi empiris, Dennison, Hooijberg, dan Quinn (1995) menunjukkan bahwa manajer yang menunjukkan dan menggunakan repertoar paradoks peran dan perilaku dalam strategi, dinilai lebih efektif daripada mereka yang menunjukkan harmonis, non-paradoks peran dan perilaku.

Paradoks sebagai kesempatan untuk menantang pemikiran terkini dan menulis tentang hubungan antara kompetensi dan kinerja perusahaan. Paradoks dapat digunakan untuk lebih mengembangkan dan merevitalisasi berbasis sumber daya teori, mengubahnya menjadi "generatif" (Gergen, 1978), "menarik" (Davis, 1971; Weick, 1989), dan teori  berkelanjutan (DiMaggio, 1995). Organisasi dengan "paradoks" kompetensi dapat memperoleh dan mempertahankan kinerja yang unggul dibandingkan dengan non-paradoks kompetensi. 
Dalam era saat ini dimana terjadi globalisasi dalam dunia industri, maka semakin banyak tantangan dan persaingan bisnis yang membutuhkan penanganan yang lugas dan tepat agar tidak semakin tertinggal atau ditinggalkan. Situasi dan kondisi yang menjadi tantangan, tuntutan dan sekaligus merupakan paradoks, seperti misalnya bagaimana menghasilkan produk yang berkualitas, bahkan lebih unggul dari pesaing namun dengan harga yang lebih murah; meningkatkan keuntungan bagi para pemegang saham namun sekaligus harus melakukan banyak kegiatan sosial sebagai tanggung jawab terhadap masyarakat.
Walaupun paradoks merupakan dua hal yang bertentangan namun hal tersebut harus tetap dikelola secara paralel, bukan merupakan sebuah opsi untuk memilih salah satu. Namun, pada saat yang sama juga menjadi faktor yang dapat melumpuhkan apabila kita tidak dapat mempergunakannya dengan benar. Sehingga perlu penanganan yang baik untuk dapat menolong perusahaan bertahan dan berkembang secara sehat serta mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.


                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar