Senin, 07 November 2011

ANALISIS INDUSTRI TEPUNG TERIGU DI INDONESIA


Tugas Kelompok (Artikel)
Nama Anggota          : Nindy Sintya Indriani R     ( 25210004 )
                                      Noviana Pratiwi                  ( 25210071 )

ANALISIS INDUSTRI TEPUNG TERIGU DI INDONESIA


Tepung terigu dikenal sebagai salah satu dari Sembilan bahan pokok makanan.  Tepung terigu dari waktu ke waktu semakin menjadi komoditi pangan penting di Indonesia, hal ini dikarenakan tepung terigu semakin menguasai kebutuhan hidup orang banyak maka tepung terigu dapat di klasifikasikan sebagai komoditi yang vital. Sebagai bahan pangan alternatif yang di konsumsi hampir seluruh masyarakat Indonesia.
Penyediaan terigu dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan pada satu komoditi pangan saja yaitu beras. Sebagai suatu komoditi yang vital, terigu kini menjadi suatu bahan dasar dalam pembuatan berbagai jenis bahan makanan seperti mie, roti, biskuit dan lain sebagainya. Sehingga menyebabkan kebutuhan akan tepung terigu selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Gandum sebagai bahan dasar tepung terigu di Indonesia, sangat tergantung pada impor. Sehingga peningkatan konsumsi tepung terigu berimbas pada peningkatan impor gandum di Indonesia. Sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar terus berfluktuasi sehingga pengeluaran devisa impor meningkatkan dan membebani neraca pembayaran serta keuangan Negara.
Dalam artikel ini kami akan menganalisis seputar industri tepung terigu, penawaran dan permintaan tepung terigu, hingga kebijakan pemerintah dalam mengurangi permintaan tepung terigu dari luar negri, sebagai proteksi terhadap industri tepung terigu nasional. 
Indonesia dikenal sebagai Negara yang banyak melakukan Impor tepung terigu dari beberapa Negara seperti Turki, Australia, dan Srilanka. Pada periode Januari – April 2011 impor biji gandum tercatat sebesar US$ 659,4 juta yang naik 60,28% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 411,4 juta. Realisasi Impor tepung terigu sepanjang 2011 diperkirakan akan melampaui nilai import 2010 yang tercatat sebesar US$ 261,7 juta. Menurut data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa impor tepung terigu dari Januari – Agustus 2011 sebesar 433,429 ton. Sekitar 53,44% dari total itu, yakni 231.649 berasal dari Turki.
Untuk mengurangi impor tepung terigu yang berlebihan, dan ketergantungan dari luar negri. Pemerintah melakukan berbagai proteksi terhadap industri tepung terigu, guna mengurangi impor dan meningkatkan konsumsi nasional.
Saat ini pemerintah memberlakukan kebijakan bea impor terigu sebesar 5% hal ini medorong adanya peningkatan konsumsi tepung terigu nasional. Menurut Asosiasi Produsen Tepung Terigu (Aptindo) di Indonesia konsumsi terigu nasional pada tahun ini naik 10,5% menjadi 4,75 juta ton dibandingkan tahun lalu 4,3 juta ton.
Aptindo juga memprediksi penjualan tepung terigu skala nasional sejak Januari hingga akhir tahun ini naik 6% dibandingkan tahun lalu. Selama Januari – September 2011 penjualan tepung terigu mencapai 3.468.640 ton, naik 5,81% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 3.267.000 ton.
Untuk mengurangi ketergantungan impor tepung terigu, Balitbang departemen pertanian mulai mengembangkan tepung terigu modifikasi. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan terhadap terigu impor. Kepala seksi pendayagunaan hasil penelitian, Balitbang departemen pertanian Misgiyarta mengatakan, terigu modifikasi diolah dari berbagai jenis singkong atau ubi dengan mencampur bahan starter untuk tepung terigu kualitas tinggi. Salah satunya yaitu Mochaf (Modified Cassava Flour).
Balitbang mampu memproduksi starter 200 kilogram per minggu dengan perbandingan 100 kg strarter untuk 100 ton tepung terigu. Dalam waktu sebulan Indonesia sudah mampu memproduksi tepung terigu singkong sebanyak 800 ton. Harga tepung terigu saat ini berkisar Rp 4.500 hingga Rp 5.000/kg.
Promosi pemanfaatan tepung terigu lokal juga menjadi salah satu alternative untuk mengurangi impor tepung terigu yang berlebihan. Promosi pemanfaatan tepung terigu lokal sebagai bahan makanan dapat dilakukan melalu berbagai media seperti, pameran mekanan olahan, tulisan di media cetak dan iklan di media elektronik. Promosi tersebut harus dilakukan secara terus menerus agar memasyarakatkan ketersediaan gandum lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar